Jurnal Pertama
Judul : SEMIOTIKA HISTORIS PADA KARYA RUPA MAHARANI MANCANAGARA
Karya : Paramitha Pebrianti, Agus Cayana, Wanda Listiani.
Objek Kajian Seni Rupa dan Desain: Lukisan sprongen voor zonneschijn
Pendekatan : Pendekatan yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan cara mengamati karya karya Maharani Mancanagara dari studi pustaka gambar, dan melakukan wawancara seacara langsung untuk memperoleh gambaran secara objektif selama proses penelitian berlangsung.
Analisis: Teknik analisis data kualitatif
Teori: Semiotika Barthes dan sinkronis
Kesimpulan : Penggambaran Maharani Mancanagara tentang manusia, barang sehari-hari, pakaian, dan sekitarnya menceritakan kehidupan seniman Maharani Mancanagara. Kayu pinus dan arang sering digunakan dalam karyanya untuk menciptakan kesan masa lalu.
Hal yang bisa di teliti : Dapat disimpulkan bahwa karya Maharani adalah karya yang menceritakan kisah peristiwa yang terjadi di Indonesia, yang sekarang kita kenal sebagai kisah sejarah. Pada karya-karya Maharani, kisah-kisah sejarah dikemas sedemikian rupa sehingga melalui karyanya, narasi sejarah yang sedikit diketahui atau bahkan terlupakan dapat diperkenalkan kembali kepada publik melalui sebuah karya seni modern.
https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/atrat/article/view/1198/774
 
Jurnal Kedua
Judul : ANALISIS SEMIOTIKA POSTER AKSI BALI TOLAK REKLAMASI KARYA NOBODYCORP
Karya : Komang Juni Pariawan, I Nyoman Sila, Hardiman.
Objek Kajian Seni Rupa dan Desain: POSTER AKSI BALI TOLAK REKLAMASI.
Pendekatan Metode dan Analsis : Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kalitatif. Dalam penelitian ini dirancang suatu metode penelitian yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang berguna untuk membantu dalam menentukan metode pengumpulan data dan analisisnya.
Teori: Semiotika Charles Sanders Peirce
Kesimpulan : Tanda-tanda dalam karya tersebut bermakna sebagai bentuk penolakan terhadap reklamasi yang terjadi di Bali
Hal yang bisa di teliti : Lima poster tersebut berdasarkan teori Charles Sanders Peirce terdapat 1). Ikon berupa gambar manusia berwajah tengkorak, gambar ekskavator, gambar Pulau Bali , gelombang air laut, gambar orang siluet hitam, gambar perahu layar, gambar orang menaiki perahu, penari wanita legong Bali, gambar tangan kiri mengepal, gambar peluru bom atom, gambar gunung, gambar pura, gambar alat pengangkut material bangunan serta kata Bali 2). Indeks berupa gambar manusia berwajah tengkorak mengenakan jas, gambar Pulau Bali, gelombang air berbentuk tangan mengepal, manusia menaiki perahu, dan logo ForBALI. 3). Simbol antara lain wajah tengkorak sebagai penggambaran kematian, ekskavator sebagai penggambaran pengerukan reklamasi, bentuk Pulau bali sebagai penggambaran wilayah Bali, tangan kiri mengepal simbol melawan keburukan, siluet hitam manusia sebagai simbol sosok misterius, perahu layer
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPSP/article/view/21516/13388
 
 
Jurnal Ketiga
Judul : ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE KARYA PATUNG RAJUDIN BERJUDUL MANYESO DIRI.
Karya : Mukhsin Patriansyah.
Objek Kajian Seni Rupa dan Desain: Seni rupa patung Menyeso Diri.
Pendekatan Metode dan Analsis : Pendekatan yang digunakan pada jurnal tersebut adalah Pendekatan Kualitatif. Dan metode yang digunakan untuk mengetahui makna yang ada di dalam karya patung Rajudin ini adalah metode analisis interpretasi.
Teori: Semiotika Charles Sanders Peirce.
Kesimpulan : Kesenian ini memiliki keterkaitan yang kuat dengan warisan budaya Minangkabau. Sinyal-sinyal yang muncul merujuk pada upaya Rajudin saat ini untuk menyampaikan pesan sosial kepada perempuan Minangkabau. Rajuddin ingin berpesan kepada setiap wanita di Minangkabau dengan menyarankan agar dia lebih berhati-hati dalam berperilaku dan menjaga sikap dan perilakunya di masa depan sehingga dia dapat menjadi panutan bagi anak-anak dan keponakannya. Sesuai dengan judul artis, "Manyeso Diri."
Hal yang bisa di teliti : Pesan moral yang terkandung dalam karya seni Memeso Diri ini dapat saya teliti setelah membaca jurnal ini. Banyak perempuan Minangkabau yang lupa identitas dirinya sebagai Bundo Kanduang, panutan keluarga. Kebanyakan perempuan Minangkabau saat ini lebih rentan terhadap hal-hal negatif dan bertindak dengan cara-cara yang bertentangan dengan tradisi dan adat Minangkabau. Karena dia tidak dianggap sebagai wanita yang memiliki status tertinggi dan paling mulia di antara pria, komentar ini dapat melukai atau menyiksanya.
 
http://journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/Ekspresi/article/viewFile/76/64


Comments

Popular posts from this blog

Mengkaji podcast vindes

Menganalisis lagu Tulus “ Ruang Sendiri “ secara Semiotika

Kajian Etimologi untuk Tinjauan Seni Rupa dan Desain